expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 03 Juli 2015

Hukum Memakai Henna Atau Pacar





Sekarang ini banyak wanita yang memakai henna, baik di kuku maupun di tangannya. Bagaimana hukumnya? Apakah mungkin henna menghalangi meresapnya air ke kulit ketika berwudhu? Berikut jawaban dari konsultasisyariah.com.

Pertama, memakai pacar atau henna, termasuk perkara mubah. Karena tradisi semacam ini telah dikenal di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantara dalilnya,

Hadis dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

Ada seorang wanita menjulurkan tangannya dibalik tabir, menyerahkan sebuah surat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menahan tangan beliau sendiri (tidak mengambil suratnya). Hingga wanita itu bertanya,

”Ya Rasulullah, aku ulurkan tanganku untuk menyerahkan surat, mengapa anda tidak mengambilnya.”

Lalu beliau mengatakan, ”Sungguh aku tidak tahu, apakah ini tangan wanita ataukah laki-laki.”

”Ini tangan wanita.” jawab orang itu.

Lalu beliau bersabda,

”Jika kamu seorang wanita, seharusnya kamu ubah kukumu dengan henna.” (HR. Nasai 5089, Abu Daud 4166 dan dihasankan al-Albani)

Hadis berikutnya dari Ibn Dhamrah bin Said, dari neneknya, dari seorang wanita diantara mereka. Wanita ini pernah melakukan shalat di dua arah kiblat (masjidil aqsa dan masjidil haram) di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku, lelau beliau berpesan,

Pakailah pacar, diantara kalian ada yang tidak memakai pacar sehingga tanganya seperti tangan laki-laki.

Sejak saat itu, wanita itu tidak pernah meninggalkan memakai pacar, hingga wafat’.

Hanya saja, hadis ini dinilai dhaif oleh Syuaib al-Arnauth.

Al-Mula Ali Qori mengatakan,

Maksudnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeinginan supaya wanita mengubah tangannya dengan henna. Bisa jadi karena itu lebih afdhal, atau karena itu kebiasaan yang makruf (di kalangan wanita).

Kedua, henna atau pacar tangan, termasuk perhiasan yang bisa menarik perhatian lawan jenis. Karena itu, para wanita yang memakai henna atau pacar di tangan, hendaknya menutupinya dan tidak ditampakkan kepada lelaki yang bukan mahram. Berdasarkan kandungan makna firman Allah,

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan mereka harus menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka … (QS. An-Nur: 31)

Makna ’janganlah menampakkan perhiasannya’ adalah semua yang menarik perhatian lawan jenis, termasuk tangannya yang diberi henna. Karena itu, yang lebih tepat, henna digunakan untuk berhias diri di depan suami.

Sementara yang belum menikah, sebaiknya tidak menggunakan pacar, terlebih jika itu ditampakkan sehingga mengundang perhatian orang.

Ketiga,
terdapat riwayat bahwa Umar bin Khatab melarang membuat pola ukiran pacar di tangan atau memakai hena hanya di ujung kuku.

Dari Abul Ala’ bin Abdillah bin Syikhir bahwa ada seorang wanita yang pernah mendengar ceramah Umar,

Wahai para wanita, gunakanlah pacar, namun hindari pola ukiran dan pacar hanya di ujung kuku. Hendaknya kalian memakai pacar di tangannya sampai sini. Kemudian beliau berisyarat sampai ke tempat gelang. (HR. Abdurrazaq dalam Mushannaf).

Namun, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa atsar (riwayat sahabat) ini tidaklah menunjukkan larangan memakai pacar di ujung kuku. Berdasarkan hadis dari A’isyah di atas. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan wanita memakai henna di kuku.

Dan riwayat Umar dipahami sesuai konteks kejadian, bahwa ketika itu sedang ihram. Sehingga beliau menganjurkan agar wanita menutupi tangannya dengan henna. Jika hanya di ujung kuku atau pola ukiran, tidak bisa menutupi tangan.

Atau karena beliau khawatir, memakai henna dengan pola ukiran atau hanya di ujung kuku akan menimbulkan fitnah, sementara ketika ihram para wanita tidak boleh memakai sarung tangan. (Talkhis al-Habir, 2/237).

Karena itu, sebatas ukiran dan memakai pacar di ujung kuku, tidak terlarang menurut sebagian ulama.

Keempat, apakah memakai henna menyebabkan batalnya wudhu?

Jawab, henna atau pacar yang meresap di balik kulit, tidak menutupi permukaan kulit, dan tidak menghalangi air untuk mengenai permukaan kulit. Henna semacam ini tidak menghalangi keabsahan wudhu.

Berbeda dengan cat kuku, yang tidak bisa meresap ke dalam kulit, sehingga menutupi permukaan kulit. Ini bisa menghalangi air mengenai permukaan kulit.



Sumber:
http://www.konsultasisyariah.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Lifestyle (266) Life (229) Info (221) Kesehatan (130) Tips (126) Islam (118) animal (105) hewan (102) Wanita (80) hewan kucing (77) kucing (76) Kepribadian (62) foto (61) Personality (58) Fakta (57) Love & Life (45) Sifat (35) Manfaat (33) Cat (32) Hiburan (32) Pria (30) Misteri (28) Lucu (27) Food (24) Beauty (23) Konspirasi (20) Cerita (19) News (19) Parenting (19) Relationship (18) Kisah (17) Cinta (16) photograph (15) Hantu (14) Jin (13) Kecantikan (13) Wisata (13) Coffee (11) Mitos (10) Film (9) Ramadan (9) Tempat liburan (9) Hobby (8) anjing (8) Puasa (7) Ilustrasi (6) Ngakak (6) Palestina (6) Seram (6) Olahraga (5) Phobia (4) Pernikahan (3) Zodiak (3) Buku (2) Cerpen (2) Liburan (2) Smartphone (2) Anime (1) DIY (1) Happy (1) Hutan (1) Meme (1) Rahasia (1) Sains (1) Sukses (1) Unik (1)