Memberi pengertian terhadap anak usia dini memang tak semudah dengan memberikan pengertian terhadap orang dewasa. Dituntut teknik yang tepat dalam memberikan pengertian dan pengarahan kepada mereka.
Anak usia dini menurut teori perkembangan Erikson adalah anak yang berusia antara 3 sampai dengan usia 5 tahun atau pra sekolah. Dalam usia ini perkembangan anak mengalami fase di tahap perkembangan kerja keras versus rasa inferior, dimana tahap ini merupakan tahap yang menghubungkan anak-anak dengan pengalaman baru karena banyaknya inisiatif dalam diri anak.
Dari penggolongan tersebut dapat diketahui bahwa anak usia dini berada pada fase usia yang tengah aktif-aktifnya dalam kegiatan dan keingin tahuan. Maka tak heran apabila anak di fase ini, seringkali “kepo” (bertanya-tanya) / tingginya rasa keingin tahuan dan penasarannya.
Fase ini pula anak menjadi lebih antusias dalam belajar dibandingkan dengan di akhir periode kanak-kanak awal yang penuh dengan imajinasi. Akibat dari imajinasi dan kreatifitasnya yang tinggi, kadangkala anak melakukan hal-hal yang menurut orang dewasa justru merugikan, seperti melakukan eksperimen kotor-kotor, tak sengaja merusak barang-barang, hingga berbuat keributan kecil karena keingintahuannya.
Bagi orang dewasa, ada baiknya jika ingin menegur anak usia dini tersebut dengan cara-cara yang tepat dan tidak menghardiknya. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menegur anak usia dini yang dapat diterapkan oleh para orang tua saat ini.
1. Tetap Sabar
Menghadapi anak usia dini memang tak mudah, terlebih lagi apabila ia sulit untuk diatur. Sebenarnya mereka hanya antusias terhadap hal-hal yang memang menurutnya menarik dan unik. Sesuai dengan teori Erikson yang menyatakan bahwa, fase usia perkembangan anak usia dini yaitu 3-5 tahun adalah masa dimana ia tengah aktif-aktifnya untuk mencari banyak pengalaman baru dalam hidupnya.
Oleh sebab itu penting bagi orang dewasa, khususnya orang tua untuk memberikan pengarahan yang baik, dan menegurnya dengan kesabaran yang tinggi. Ingatlah, bahwa anak hanya penasaran dan ingin tau bukan karena ingin mengacaukan segalanya.
2. Bicara Empat Mata
Menegur anak usia dini tak dapat dilakukan hanya dengan cara membentak dan menyuruhnya berhenti begitu saja. Diperlukan kontak mata kepada anak.
Dengan kontak mata anak harapannya dapat lebih memperhatikan anda, daripada anda menegur dengan posisi berdiri. Pahamilah bahwa menegur dari jauh, atau dengan posisi berdiri hanya akan menyebabkan anak mengira anda membentaknya tanpa serta menghukumnya. Selain itu posisi berdiri anda dapat membauat pegal leher anak, karena harus mendongak ke atas. Sangat tidak efektif bukan? Baik itu secara essensi maupun fisik anak.
Saat menegur lakukanlah di saat tak ada orang. Tujuannya adalah agar anak tidak merasa malu saat ia dinasehati.
3. Tidak Berkata Kasar
Masih banyak orang tua yang secara sadar atau tak sadar, masih menyamakan dalam menegur anak dengan menegur orang dewasa. Akibatnya ia pun tak segan-segan dalam berkata-kata kasar.
Jika hal tersebut terus menerus dilestarikan dan dibudidayakan dalam mendidik anak, justru malah merugikan bagi perkembangannya. Bisa jadi hal tersebut akan di contoh oleh anak di kemudian hari.
4. Kendalikan Emosi
Tak jarang orang tua yang tengah mengajak buah hatinya ke pusat perbelanjaan melakukan hal ini. Di tengah ramainya lalu-lalang, anak melihat mainan yang lucu, lalu anak meminta untuk dibelikan.
Karena orang tua sedang tidak membawa uang, pada akhirnya orang tua menumpahkan kekesalan tesebut dengan memarahinya di muka umum. Tak jarang diikuti dengan cubitan yang justru membuat anak semakin menangis di tengah jalan.
Ingatlah bahwa anak tesebut sebenarnya tidak mengerti jika anda tengah tidak membawa uang. Jika memang ingin menegur anak, kendalikanlah emosi anda saat ini. Jangan sampai anda termakan emosi saat tengah menegur anak.
Hal tersebut justru akan menimbulkan potensi anak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan terhadap anak yang lainnya.
5. Tidak Membentak Anak
Mungkin anda marah saat anak anda membuat keributan akibat kreativitasnya yang tidak pada tempatnya. Namun ingat bahwa apa yang dilakukan anak anda sebenarnya dikarenakan rasa ingin taunya yang begitu tinggi.
Tak seharusnya rasa ingin taunya yang begitu tinggi anda larang begitu saja dengan cara membentak tanpa adanya rasionalisasi mengapa ia tidak boleh meakukannya. Mencoba untuk mengarahkan atau menasehati dengan baik jika apa yang di lakukannya salah lebih baik, daripada anda tiba-tiba membentak bahkan marah-marah seperti orang kerasukan.
Banyak dari orang tua saat ini yang tidak sabar dalam mendidik anak, kerap kali membully anak dengan kata-kata kasar dan nada yang membentak. Meskipun kesalahan anak sebenarnya tak begitu parah.
Usahakan agar anda tidak membentak anak. apabila anda melakukannya justru anak akan merasa takut dengan anda. Dan pada akhirnya hubungan emosional antara anak dengan orang tua, berubah menjadi hubungan antara musuh dan lawannya.
6. Tidak Membandingkan
Adakalanya di saat anak yang masih berusia dini memiliki keterbatasan saat melakukan segala hal. Lantas dalam keterbatasan tersebut janganlah anda membanding-bandingkannya dengan anak ibu komplek sebelah yang sudah mampu melakukan ini dan itu.
Dengan membanding-bandingkan berarti sama saja anda telah meremehkan kemampuan yang memang belum nampak pada diri sang anak.
Hindarilah tabiat membanding-bandingkan ini walaupun niat anda hanyalah bercanda, karena di usia dini tersebut, informasi pembandingan yang cenderung melecehakan anak akan diserapnya dan dipercayai sebagai sebuah kenyataan melekat pada dirinya. Pada akhirnya anak berpotensi tumbuh menjadi orang yang minder di usia dewasanya kelak.
7. Hindari Kekerasan
Jangan sekali-kali melakukan kekerasan terhadap anak usia dini. Karena dengan anda melakukan kekerasan terhadapnnya, dikhawatirkan sang anak akan mengalami teraumatis masa lalu yang merugikan bagi perkembangannya nanti.
Menegur dengan cara-cara persuasif seperti ajakan untuk tidak melakukan apa yang salah lebih baik, daripada anda tanpa ba…bi…bu.. langsung memukulnya, atau mencubitnya. Emangnnya anda mau saat ia dewasa memiliki dendam pada anda? Tentu tidak kann
8. Tidak Mengancam
Menegur dengan tanpa adannya unsur ancaman. Dengan tidak ada unsur ancaman, harapannya nanti anak akan diajarkan untuk bijaksana dalam menghadapi kesalahan orang lain.
Jangan ancam anak supaya tidak mengulangi kesalahannya, melainkan beri ia peringatan dengan halus dan lembut.
Teguran dengan ancaman hanya akan membuat anak takut dengan ancaman yang anda berikan, bukan karena esensi teguran di dalamnya.
9. Utamakan Diskusi
Setelah anda menegur dengan tidak memberikan ancaman, cara selanjutnya dalam menegur anak usia dini adalah dengan menerapkan model diskusi. Anak usia dini memiliki kecendrungan lebih suka apabila ia dikondisikan dalam sebuah interaksi yang aktif.
Salah satu interaksi aktif adalah dengan berdiskusi dua arah. Lakukanlah teguran dengan cara seperti ini. berikan pula ia kesempatan pada anak untuk mengutarakan pendapat maupun alasan mengapa ia melakukan kesalahan
10. Buat Perjanjian
Setelah beberapa langkah di atas dilakukan, langkah selanjutnya dalam cara cerdas menegur anak usia dini adalah dengan membuat suatu perjanjian. Buatlah komitmen perjanjian yang telah disepakati secara bersama, agar ia tidak lagi mengulangi perbuatannya.
Contoh dari perjanjian tersebut adalah dengan mengurangi waktu bermainnya atau mengurangi kesenangan lainnya. Tentu pengurangan yang dilakukan merupakan hukuman yang tidak ekstrim.
11. Beri Pengertian
Memberikan pengertian dengan jelas juga merupakan poin penting yang harus di lakukan. Kerapkali para orang tua menegur anak, tanpa memberikan pengertian yang jelas bahkan cenderung lebih mengedepankan emosi saat menegur anak. Ingat bahwa yang anda tegur tersebut merupakan anak yang masih berusia dini loh.
12. Memberi Contoh
Ada pepatah yang berkata bahwa, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah tersebut apabila di kaitkan dengan pendidikan akan memiliki korelasi bahwa, segala perbuatan yang dilakukan orang tua pada anak akan selalu menjadi pedoman dan kebenarann dalam pikirannya.
Begitu pula teguran pada anak pun sebaiknya dibarengi dengan contoh agar anak dapat mengikuti apa yang harus ia perbuat. Memberikan contoh kepada anak tentang apa yang seharusnya dilakukan merupakan fungsi yang tepat, agar ia mengetahui bagaimana cara untuk memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat.
Sumber:
http://www.psikoma.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar