Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari Muslim (muttafaq alaih) Rasulullah bersabda:
Mimpi yang baik itu datang dari Allah, maka jika kamu mimpi sesuatu yang menyenangkan kamu, jangan ceritakan kepada orang lain selain orang yang menyukai kamu. Jika kamu memimpikan sesuatu yang tidak kamu senangi (menakutkan), maka segeralah membaca A'uudzu billaahi min syarri haadzihir ru'yaa wa min syarrisy syaithaan" (Artinya: Aku berlindung kepada Allah dari keburukan mimpi dan keburukan syaithan), kemudian (seolah) meludah tiga kali, dan jangan ceritakan kepada siapapun, pasti mimpi itu tidak membahayakan apa-apa.
Dari hadits di atas, ada dua hal yang bisa kita ambil pelajaran. Pertama, bahwa mimpi baik atau buruk itu dapat mempengaruhi perasaan kita setelah bangun. Oleh karena itu, dianjurkan membaca doa sebelum tidur agar terhindar dari mimpi buruk yang hanya akan membuat kita merasa tidak bahagia.
Setelah bangun dan membaca doa tersebut, meludahlah tiga kali dengan menengokkan wajah ke sebelah kiri. Jika ingin tidur lagi, hendaklah pindah haluan. Kalau tadi miring ke kanan, sekarang miringlah ke kiri atau sebaliknya.
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
Mimpi itu ada tiga: dari Allah, dari syaitan dan dari diri sendiri.
Umumnya mimpi memiliki kemungkinan berasal dari syaitan atau dari diri sendiri. Karena, hanya satu yang pasti benarnya yaitu apabila bermimpi bertemu Rasulullah, karena wajah Rasulullah tidak dapat ditiru.
Namun demikian, mimpi bertemu Rasulullah tidak menjamin itu betul-betul Nabi. Walaupun syaitan tidak dapat meniru wajah Nabi, tetapi syaitan dapat saja mengaku-ngaku sebagai Nabi. Toh, tidak ada seorangpun dari kita yang mengetahui wajah Nabi Muhammad itu seperti apa. Oleh karena itu, yang paling aman adalah tidak usah menanggapi mimpi. Mimpi apapun itu lebih besar kemungkinan berasal dari setan atau sekedar ilusi pribadi.
Kedua, bahwa mimpi itu tidak berhubungan dengan masa depan kita. Mimpi tidak dapat dijadikan pertanda yang mempengaruhi masa depan. Begitu pun, mimpi juga tidak dapat dijadikan dalil syariah atau duniawi untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena Islam sudah meletakkan dasar aturan yang jelas dalam Quran dan Hadits tentang kewajiban dan larangan dan itu bersifat final.
Oleh karena itu, lupakan mimpi Anda. Dan teruslah melangkah menyongsong masa depan dengan kerja keras, visi yang jelas dan ketaatan total kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sumber:
http://www.alkhoirot.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar