Banyak kejadian dimana terdapat pesawat terbang yang tiba-tiba lenyap ketika sedang dalam perjalanan. Hingga detik ini pun ada beberapa pesawat yang masih menjadi misteri keberadaannya. Ada isu yang mengatakan bahwa jin adalah pelakunya. Benarkah jin bisa menyembunyikan pesawat? Berikut penjelasan lengkap dari konsultasisyariah.com.
Pertama, jin memiliki kemampuan memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Dalam kisah Nabi Sulaiman ’alaihis salam, beliau pernah menawarkan kepada rakyatnya, siapa diantara mereka yang mampu memindahkan istana Bilqis. Dan makhluk yang pertama kali angkat tangan adalah Jin Ifrit. Allah kisahkan:
“Ifrit, dari golongan jin, berkata: Aku sanggup membawa istana itu kepada Anda (Sulaiman) sebelum Anda berdiri dari tempat Anda…” (QS. An-Naml: 39)
Nabi Sulaiman tidak mengingkari kemampuan si Jin itu. Hanya saja beliau ingin proses pemindahan itu dilakukan lebih cepat. Dan manusia soleh yang bisa melakukannya, dengan bantuan Malaikat.
Ini menunjukkan bahwa jin memiliki kemampuan memindahkan benda. Jangankan satu pesawat, istana kerajaan yang jauh lebih besar, bisa dipindahkan oleh jin.
Kedua, sebagaimana manusia bisa menyembunyikan, jin juga bisa menyembunyikan. Jika manusia bisa menyembunyikan benda di tempat yang aman menurut dia, jin juga memiliki kemampuan yang sama.
Dalam riwayat Baihaqi, dari Ubaid bin Umair, beliau menceritakan,
Ada salah seorang penduduk Madinah yang hilang di zaman khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu, hingga istrinya lapor kepada Umar dan mengadukan suaminya yang hilang. Kemudian Umar menyuruhnya,
“Pulanglah, dan tunggu (jangan menikah) sampai 4 tahun.”
Setelah 4 tahun berlalu, wanita ini datang lagi karena suaminya belum kunjung datang. Kemudian Umar berpesan,
“Pulanglah, dan jalani masa iddah selama 4 bulan 10 hari.”
Seusai masa iddah, Umar memanggil keluarga suaminya, dan Umar menyuruhnya mewakili si suami untuk menceraikannya. Selanjutnya, Umar mengatakan,
“Pulanglah dan silahkan menikah dengan lelaki lain yang dia cintai.”
Setelah berselang beberapa lama, suaminya datang. Umarpun bertanya kepadanya, “Dari mana saja kau ini?”
Jawab orang ini,
“Setan-setan (jin kafir) menahanku. Demi Allah, saya tidak tahu di mana saya berada. Hingga datang jin-jin muslim memerangi mereka (hingga mereka kalah), dan saya termasuk orang yang menjadi rampasan perang itu. Para jin muslim itu mengatakan, ”Kamu manusia, sementara mereka jin. Apa urusanmu dengan mereka?” Akupun menceritakan kejadian yang aku alami. Kemudian mereka menawarkan, kamu mau balik ke daerah mana? Aku jawab: ’Madinah, itu kampungku.’ Tiba-tiba saya sampai Madinah dan saya melihat bebatuan madinah.”
Kemudian Umar memberikan pilihan kepada orang ini, untuk kembali kepada istrinya ataukah menerima pengembalian mahar istri sebagai bentuk diterimanya gugat cerai dari istri. (HR. Baihaqi dan dishahihkan al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil, 6/151).
Riwayat di atas shahih dan kejadian itu sebuah realita. Karena itu, kita boleh meyakini bahwa jin bisa menculik manusia untuk dibawa ke alamnya. Terkait informasi masalah pesawat, selama kita tidak mendapatkan informasi yang valid mengenai keberadaannya, kita tidak bisa memastikannya. Selama ini, semua kesimpulan tentang pesawat itu hanya dalam tataran teori.
Ketiga, sekalipun jin memiliki kemampuan bisa menculik manusia, namun kita tidak boleh terlalu cemas atau takut. Karena Allah menegaskan dalam al-Quran bahwa tipu daya setan, sangatlah lemah.
”Perangilah para pasukan setan, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS. An-Nisa: 76)
Selama seseorang berusaha menjaga imannya, dan bersandar kepada Allah, setan tidak akan memiliki kesempatan untuk bisa mengganggu manusia.
Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan untuk mengganggu orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (QS. An-Nahl: 98 – 99)
Oleh karena itu, janganlah kita memberi peluang kepada mereka untuk menguasai kita. Misalnya dengan menampakkan rasa takut kita kepada jin. Beberapa orang ketika melewati tempat yang dianggap angker, atau yang jarang dijamah manusia, dia menyatakan kulo nuwun, minta izin kepada jin. ”Permisi mbah, cucunya mau lewat. Mohon jangan diganggu.” atau ketika hendak melewati tempat sunyi, dia pasang klakson kendaraan, tanda minta izin. Atau yang semacamnya.
Perbuatan menistakan diri semacam ini masih banyak dilakukan kaum muslimin. Yang justru membuat jin semakin sombong dan terobsesi untuk menguasai dirinya. Karena jin merasa dia lebih mulia dari pada manusia, disebabkan mereka meminta perlindungan kepada jin.
Allah mengingatkan,
”Bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka mausia itu semakin menambah sombong jin-jin itu.” (QS. Al-Jin: 6)
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kebiasaan "minta izin" semacam ini ketika memasuki tempat yang angker, termasuk tradisi masyakarat jahiliyah. Sehingga membuat mereka semakin bergantung kepada jin.
Maksud ayat, kami (para jin) menganggap bahwa kami lebih mulia dari pada manusia, karena mereka meminta perlindungan kepada kami. yaitu apabila seseorang singgah di lembah atau tempat yang angker atau semacamnya. Sebagaimana ini menjadi kebiasaan masyarakat arab jahiliyah. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/239)
Keempat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita, doa yang sangat ringkas, agar dibaca ketika kita singgah atau memasuki tempat asing, yang jarang dijamah manusia.
Redaksi doa itu,
"A’udzu bi Kalimaatillaahit Taammaati Min Syarri Maa Kholaq."
Aku berlindung dengan Kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan segala makhluk.
Dari Khoulah bintu Hakim dan Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang singgah di suatu tempat, kemudian membaca: A’udzu bi Kalimaatillaahi…., maka tidak akan ada yang membahayakannya sampai dia pergi dari tempat itu. (HR. Muslim 2708).
Doa seperti inilah yang selayaknya kita amalkan. Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar